Pagi di Toko Roti














Pagi ini terlihat cerah
Bunga merah jambu di dalam pot merekah
Menyambut mata depan toko roti

Di kursi hijau kusandar pinggang
Bunga merah jambu terlihat palsu
Pemilik toko roti tak mau repot
memberi pupuk dan air
Paru-paru tak penting menghirup segar kelopak
Mata mengolah data indah, Cukuplah!

Ibu muda ibu muda mendorong bayinya diatas kereta dorong
Kupalingkan dagu melirik truk es krim putih biru lalu lalang
Mbak muda mbak muda menggendong anak dililitan kain batik
Truk makanan cepat saji mendunia hilir mudik

Bunga merah jambu tak tergoyang angin
Tidak seperti ilalang di sebelah kanan
Melambai ke Timur ke Barat
Lebah Kupu-Kupu tak mau hinggap
Bunga merah jambu tak pernah wangi
©LAG



Ordinary Woman

Maaf kalau aku masih mencari arti
karena aku bukan Super Woman
aku hanya Woman
Ordinary Woman, sigh!
Dengarkah para lelaki itu
Dengarkah perempuan perempuan itu
Dengarkah anak-anak itu
Jeritan hati tanpa suara
Meminta Sang Pencipta memeluknya erat
Bukan butuh kehangatan
Karena suhu tubuhnya sudah 39 derajat
(C) LAG

Jangan BIlang ini Galau













Jangan bilang ini galau
ini hanya luapan cinta
Amarah rindu yang melesat
berkejaran dengan waktu
Meletup-letup
bagai kereta bermesin uap
yang tak henti mengembara
walau telah melewati berjuta stasiun
Berhenti hanya sejenak
menyapa kehampaan
Dan Melesat kembali berjuang
menjemput sejumput mesra
yang bukan Cita-Cita tujuan
(C) LAG

Mendung Kelabu

Mendung tidak selalu menggelayutkan hujan
Ada saatnya dia berlalu menampakkan langit biru
atau kilau bintang malam
Hujan tidak senantiasa berselimut pada mendung kelabu
Ada saatnya dia turun membasahi tumbuhan layu
belum tersiram sejak kemarin karena engkau tidak menyiramnya
Tapi kelak dia akan tumbuh tumbuh dengan sendirinya 
mengeluarkan warna-warni Merah, Jingga dan Kuning
Ungu bahkan Biru
Karena hujan telah menyirami dengan segala Maha KuasaNYA

Kepada Sahabat

kau tiupkan gelembung balon udara besar
melingkupi seluruh tubuhku
lalu kau rajut jaring-jaring pengaman
melapisi bola raksasa itu
membatasi oksigen dengan pori-pori mikro
atas nama persahabatan

kau lafazkan rendarenda mantera
menderai setiap langkahku
lalu kau lemparkan sinar
dengan dalih untuk kehangatan
kesehatan dan kesejahteraan

entah kepada siapa kau minta ijin
entah darimana kau genggam surat permisi
semesta alam menyuruhmu
teteskan air doa dalam gelas minumku
merobek hak asasiku sebagai manusia

melintasi pagar cahaya
mengusung kasih sayang
atas nama persahabatan
kepada sahabat

Apa yang kupikir??

Kuhentikan mobilku ditengah jalan. Tepat dibaris paling belakang deretan antrian kendaraan ini. Bukan apa-apa, memang lampu sudah merah hehe.. . Menoleh kekiri memandang lewat kaca jendela, kuperhatikan ada seorang gadis cantik. Duduk bersila beralas tikar yang tergelar di trotoar tepat dipinggir pagar taman pemakaman. Seumur anak sulungku yang duduk di sekolah menengah atas sepertinya. Kulitnya mulus putih bersih, dengan kaos "you can see". Wajahnya polos, sedang berbicara dengan seorang laki-laki paruh baya. Bapak itu berdiri tengah memesan sesuatu dari pedagang kaki lima di hadapannya.

Tak lama, bapak paruh baya duduk merebahkan diri ikut berselonjor disebelah sang gadis belia dan mulai menciumi wajah sang gadis. Aku terperangah dibuatnya. Feelingku membersitkan sesuatu,  "oh tidak!" Aku cepat-cepat menghentikan pikiranku yang mulai mengembara antara pilu, miris dan kecewa dengan kondisi negara ini. Kulanjutkan pengamatanku di sepanjang trotoar yang relatif sepi ini. Sekelompok pekerja bangunan, sekelompok supir dan semuanya laki-laki. Hanya dua wanita disitu dengan jarak agak berjauhan. Salah satunya gadis yang kuperhatikan sejak tadi ini. "Ah.. cantik... semoga dia adalah bapakmu" aku berusaha husnudzhon berkata pada diri sendiri.

Aku tidak bisa berpikir lebih jauhlagi karena lampu telah menyala hijau, harus kulanjutkan perjalanan dan berusaha melupakan adegan tadi. Ah... apa daya, sudah terekam di otakku dan kubawa sampai hari ini. Pemandangan yang akan menjadi santapan siapapun yang melintas. Sedikit saja jaraknya dari pusat kota dan tak jauh dari tugu Pancoran.

Ayah, Bunda, apakah yang ada dipikiran kalian tentang anak cantik ini?